-->

Ads (728x90)

Bea Cukai Batam Gagalkan Penyelundupan 10,95 Kg Sabu dan Mengamankan 4 Orang Kurir dan Bandar
Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Zaky Firmansyah saat menggelar konfersi pers di kantor Bea Cukai Batam, Kamis (30/1) (Ist/Peristiwanusantara.com).

By Posman
 
BATAM, Peristiwanusantara.com
– Sebanyak 10,955 kg narkotika jenis sabu diamankan Tim Gabungan Bea Cukai Batam bersama Polresta Barelang dan Polsek Bandara Hang Nadim di Bandara Hang Nadim dan di sebuah hotel di kawasan Jodoh, Batam, Kamis (23/1).

Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Zaky Firmansyah saat menggelar konfersi pers di kantor Bea Cukai Batam mengatakan keempat pelaku yakni berinisial RD (laki-laki, 28 tahun), AM (perempuan, 24 tahun), AWI dan OKI.

Secara rinci Zaky menjelaskan RD dan AM merupakan sepasang kekasih, mereka diamankan di Bandara Hang Nadim Batam, dari tangan mereka petugas mengamankan 2,240 kg sabu sedangkan OKI dan AWI diamankan di sebuah hotel di kawasan Jodoh, Batam dari tangan mereka petugas mengamankan sebanyak 8,715 kg sabu.

“ Pelaku RD dan AM merupakan calon penumpang pesawat Citilink, sabu seberat 2,240 kg tersebut akan dibawa ke Kendari dengan rute Batam – Jakarta – Makassar – Kendari,” kata Zaky, Kamis (30/1).

Untuk mengkelabui petugas barang haram itu, disembunyikan pelaku di dalam kopernya. Petugas Bea Cukai dan AVSEC awalnya mengidentifikasi 4 bungkusan mencurigakan dalam masing-masing koper yang teridentifikasi milik pelaku AM dan RD.

“ Atas dasar kecurigaan tersebut petugas kemudian mencari keberadaan pemilik koper dan ditemukan kedua penumpang duduk berdampingan dan sedang berangkulan,” katanya.

Petugas melihat AM dan RD gelisah dan menghindari interaksi dengan petugas, namun petugas kemudian mendekati dan mengamankan mereka berdua, dan membawanya ke ruang rekonsiliasi untuk dilakukan pemeriksaan secara mendalam. 

“ Kepada petugas, AM dan RD mengaku hendak pergi liburan dan tidak membawa bungkusan apapun dalam koper,” katanya.

Kemudian petugas memeriksa barang bawaan mereka berdua, hasilnya baik dari koper RD dan AM menunjukkan kesamaan pola, di mana ditemukan sejumlah barang berupa sajadah, selimut, serta beberapa celana jeans yang tersusun dengan rapi. 

“ Isi koper yang terlihat seragam dan tidak umum untuk keperluan liburan ini semakin menambah kecurigaan petugas, ditambah lagi barang-barang pribadi dimasukkan dalam tas ransel yang dibawa terpisah,” kata Zaky.

Petugas kemudian membawa mereka berdua ke Posko Bea Cukai untuk dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. Hasilnya, pada masing-masing koper ditemukan empat bungkusan plastik bening berisi serbuk kristal putih yang diselipkan pada lipatan celana jeans yang secara sengaja disusun di bagian tengah tumpukan sajadah dan bed cover di bagian atas dan baju-baju lainnya di bagian bawah. 

“ Pola pengemasan ini sengaja digunakan untuk menyamarkan keberadaan serbuk kristal putih tersebut dan menghindari deteksi petugas di bandara,” katanya.

Dari tas koper RD dan AM, katanya, petugas mengamankan total barang bukti sebanyak delapan bungkus sabu dengan berat masing-masing bungkusan sebesar 280 gram dengan total berat 2.240 gram. 

Kedua pelaku mengaku barang haram itu diperoleh dari seorang pengendali berinisial AWI, yang menginap di sebuah hotel di kawasan Jodoh, Batam. Pelaku AM mengaku menjadi kurir setelah diajak oleh temannya SASA, dan pernah menyelundupkan sabu ke Kendari serta menerima imbalan bersih sebesar Rp.40 juta. Sedangkan pelaku RD mengaku baru pertama kali menjadi kurir karena dirayu oleh pacarnya, AM, dan tergiur imbalan sebesar Rp.50 juta.

Berdasarkan pengakuan kedua pelaku, lanjutnya, pada tanggal 22 Januari 2025, pelaku RD, AM, dan SASA diperintahkan oleh AWI untuk berangkat dari Pekanbaru ke Batam dengan tiket yang dibeli oleh SASA. 

Setibanya di Batam, mereka menginap di Hotel yang sama dengan AWI, di kawasan Jodoh, Batam. Keesokannya, pada 23 Januari 2025 pagi, atas arahan SASA, pelaku RD dan AM membeli koper di Nagoya dan pakaian bekas di Pasar Jodoh untuk mengisi koper tersebut. 

“ Koper itu kemudian diserahkan kepada AWI untuk diisi paket yang akan dibawa. Setelah proses pengemasan selesai, koper dikembalikan kepada RD dan AM. SASA selanjutnya memberikan uang tunai kepada RD dan AM untuk membeli tiket secara terpisah dan kebutuhan operasional. Kemudian pelaku RD dan AM bersama-sama berangkat ke Bandara Hang Nadim menggunakan taksi online,” katanya.

Berdasarkan keterangan dari kedua pelaku, lanjutnya, Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan (P2) Bea Cukai Batam, Muhtadi, langsung membentuk Tim Gabungan serta mengerahkan Unit K-9 Bea Cukai Batam untuk melakukan pengejaran terhadap AWI dan jaringannya. 

Sekitar pukul 19.30 WIB, Tim Gabungan tiba di hotel dan berkoordinasi dengan pihak hotel untuk mendapatkan akses semua kamar yang disewa AWI. Selang beberapa menit, Tim Gabungan mengamankan dua orang laki-laki yang teridentifikasi sebagai AWI (25 tahun) dan RE (22 tahun) tanpa adanya perlawanan.

Tim Gabungan kemudian menggeledah total sebanyak 5 kamar yang digunakan oleh jaringan penyelundupan tersebut, di mana satu di antaranya digunakan sebagai tempat mengemas sabu dan empat lainnya sebagai kamar kurir dan pengendali.

“Hasil penggeledahan secara menyeluruh mulai dari kamar, lemari, hingga barang bawaan pelaku yang terdapat di lokasi ditemukan barang bukti berupa serbuk kristal putih dalam kemasan dan barang lainnya untuk mengemas sabu yang meliputi 2 buah timbangan digital, 1 buah alat pengemas, dan 1 set alat hisap sabu (bong),” katanya. 

Adapun serbuk kistal putih yang berhasil diamankan tersebut dimasukkan ke dalam kemasan dengan rincian 27 bungkus plastik dengan berat masing-masing 280 gram dan berat total 7.560 gram, 1 bungkus teh china ‘Guanyinwang’ seberat 1.045 gram, 1 plastik zip seberat 100 gram dalam bungkus rokok, dan 1 plastik zip seberat 10 gram dalam dompet AWI. 

“ Total keseluruhan barang bukti berupa serbuk kristal putih yang diduga methamphetamine sejumlah 8.715 gram,” kata Muhtadi.

Dalam penindakan di hotel tersebut, Petugas juga berhasil mengamankan sembilan orang, yaitu AWI sebagai pengendali utama sindikat, QA (istri AWI), OKI (adik ipar AWI), RE (sopir pribadi AWI), serta lima orang lainnya, yakni DR (adik kandung OKI), NW (sepupu kandung AWI), RS (teman OKI), GR (teman AWI), dan TES (istri RE) yang semuanya diduga kuat terlibat dalam jaringan narkoba ini. 

“ Kemudian kesembilan orang ini bersama RD dan AM dilakukan tes urine, dari 11 orang ini hasilnya 3 orang positif menggunakan narkoba,” katanya.

Ketika petugas menanyakan keberadaan SASA kepada AWI, ia menjelaskan bahwa SASA telah meninggalkan hotel sejak sekitar pukul 18.00 WIB.

Petugas Tim Gabungan kemudian membawa seluruh barang bukti dan terduga pelaku ke Kantor Bea Cukai Batam untuk proses pemeriksaan lebih lanjut. Petugas kemudian melakukan uji narcotest dan uji laboratorium terhadap sample barang bukti dan hasilnya positif mengandung senyawa narkotika Golongan I jenis Methamphetamine. 

Kepada petugas, AWI mengaku barang haram itu diperolehnya dari seseorang berinisial RO yang merupakan otak dari sindikat ini. AWI sebelumnya sudah 4 kali melakukan transaksi penyerahan narkoba berdasarkan perintah RO. 

AWI mengambil barang tersebut dari sekitaran Pantai di Tanjung Balai Karimun yang dibawa oleh 3 orang dengan speed boat dengan 2 mesin. AWI kemudian membawa barang tersebut ke hotel untuk dihaluskan dan dikemas.

Pada transaksi pertama AWI mengambil dan mengantar sendiri barang tersebut sebanyak ±1 kg ke Kendari. Kemudian pada transaksi kedua AWI ditemani oleh OKI mengambil dan mengantarkan barang seberat  ±4 kg dengan tujuan akhir yang sama. Sedangkan, pada transaksi ketiga hanya OKI yang mengambil barang sebanyak ±5 kg dan kemudian mengantarkan bersama-sama AWI ke Kendari.

Pada transaksi keempat di bulan Januari 2025 ini, OKI kembali mengambil barang di lokasi yang sama sebanyak ±11 kg untuk kemudian diserahkan kepada AWI yang sudah menunggu di hotel di Batam. 

“ OKI dan AWI kemudian menumbuk dan menghaluskan barang tersebut serta mengemas dengan menggunakan Hyperlite Impulse Sealer ke dalam 35 bungkusan untuk didistribusikan dan dibawa oleh para kurir,” katanya.

AWI dan OKI merekrut anggota keluarga dan teman dekat untuk berperan sebagai kurir dalam operasi ini. Para kurir dijanjikan imbalan besar hingga Rp.50 juta per perjalanan, sementara AWI mengatur seluruh proses dengan rapi, termasuk memesan beberapa kamar hotel dan proses penyerahan barang di lokasi tujuan.

Atas barang bukti dan pelaku tersebut dilakukan penegahan dengan diterbitkan Surat Bukti Penindakan nomor SBP-N-3/KPU.2/2025, SBP-N-4/KPU.2/2025, dan SBP-N-5/KPU.2/2025 tanggal 23 Januari 2025. 

“ Pelaku dan barang bukti telah diserah terimakan ke Polresta Barelang dan telah dibuat Berita Acara Serah Terima untuk pemeriksaan lebih lanjut,” katanya.

Ia menyebut bahwa Satresnarkoba Polresta Barelang telah menetapkan 4 orang tersangka dengan inisial AWI, OKI, RD, dan AM serta menetapkan status DPO atas inisial RO selaku otak pelaku, serta SASA dan NAWI selaku kaki tangan RO.

Atas perkara ini, keempat pelaku dijerat dengan Undang-Undang Narkotika No. 35 Tahun 2009, dengan ancaman maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup. 

“ Penindakan ini bukan hanya menggagalkan penyelundupan narkotika, tetapi juga menyelamatkan hingga 55.000 jiwa dari ancaman bahaya narkoba serta menghemat biaya rehabilitasi sebesar Rp87 miliar,” tegasnya.

Zaky mengatakan operasi pengungkapan sindikat narkoba ini merupakan wujud nyata program Asta Cita Presiden RI sebagai komitmen dan kolaborasi Bea Cukai, Polri, TNI, Kejaksaan, dan aparat penegak hukum lainnya dalam memerangi penyelundupan narkoba di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau, yang dijadikan jalur pemasukan, transito, dan peredaran narkoba.

“ Kami terus berupaya untuk memberantas berbagai modus operandi yang digunakan para pelaku penyelundupan, demi melindungi masyarakat dari bahaya narkoba, ” kata Zaky. (Man)

Editor : Ismanto



Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar