Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev. (Foto: Reuters) |
MOSKOW, Peristiwanusantara.com - Pejabat Rusia pada Sabtu, (14/9/2024) memperingatkan akan terjadinya eskalasi perang yang tidak terkendali dan hancurnya Kyiv. Ancaman ini disampaikan di saat para pemimpin Barat membahas apakah mereka akan mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata yang mereka kirimkan untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Jumat, (13/9/2024) malam bahwa rencananya untuk mencapai kemenangan bergantung pada keputusan Washington, yang merujuk dengan jelas pada otorisasi untuk serangan jarak jauh yang telah lama diminta Kyiv dari sekutu NATO.
"Keputusan yang kuat diperlukan. Teror dapat dihentikan dengan menghancurkan fasilitas militer tempat asalnya," kata Andriy Yermak, kepala kantor Zelensky dalam posting di Telegram pada Sabtu.
"Keputusan yang kuat diperlukan. Teror dapat dihentikan dengan menghancurkan fasilitas militer tempat asalnya." Kyiv mengatakan serangan semacam itu penting bagi upayanya untuk membatasi kemampuan Moskow menyerang Ukraina, tetapi sekutu sejauh ini enggan mengizinkannya, dengan alasan kekhawatiran Moskow akan menganggapnya sebagai eskalasi dan meragukan efisiensinya.
Meskipun belum ada keputusan resmi terkait masalah ini yang diumumkan sejauh ini, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menduga keputusan itu telah dibuat dan dikomunikasikan ke Kyiv, dan bahwa Moskow harus menanggapinya dengan tindakannya sendiri.
"Keputusan telah dibuat, kebebasan penuh dan semua toleransi telah diberikan (kepada Kyiv), jadi kami siap untuk semuanya," kantor berita RIA mengutip pernyataan Ryabkov.
"Dan kami akan bereaksi dengan cara yang tidak akan menyenangkan."
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang sekarang menjabat sebagai wakil ketua dewan keamanan negara itu, mengatakan Barat sedang menguji kesabaran Rusia tetapi kesabaran itu tidak terbatas, demikian diwartakan Reuters.
Medvedev mengatakan serangan Ukraina ke wilayah Kursk Rusia, yang digambarkan Zelensky sebagai operasi yang berhasil memperlambat kemajuan Rusia, telah memberi Rusia dasar resmi untuk menggunakan persenjataan nuklirnya.
Ia mengatakan bahwa Moskow dapat menggunakan senjata nuklir pada akhirnya, atau menggunakan beberapa senjata barunya yang non-nuklir tetapi masih mematikan untuk serangan berskala besar.
"Dan itu saja. Sebuah titik raksasa, abu-abu, dan meleleh, bukan 'ibu kota Rusia'," tulisnya di aplikasi perpesanan Telegram, merujuk ke Kyiv.
Sebaliknya, Yermak dari Ukraina mengatakan tentang Presiden Rusia Vladimir Putin: "Ancaman keras dari rezim Putin hanya membuktikan ketakutannya bahwa teror akan berakhir."
Sumber : Okezone.com
Editor : Ismanto
Posting Komentar