-->

Ads (728x90)

Makna Kunjungan Paus ke Indonesia
Foto: Grandyos Zafna/detik.com



JAKARTA, Peristiwanusantara.com
- Lawatan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3 - 6 September 2024 disambut dengan gembira sebagian besar umat Katolik. 

Ia akan menjadi Paus ketiga yang berkunjung ke Tanah Air. Sebelumnya, ada Paus Paulus VI yang berkunjung pada Desember 1970, dan Paus Yohanes Paulus II pada Oktober 1989.

Kunjungan Paus ke Indonesia menjadi bagian dari perjalanan apostolik ke empat negara Asia yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Indonesia menjadi negara pertama dalam lawatan penting ini.

Sejumlah agenda pertemuan akan digelar bersama Paus antara lain bertemu Presiden Joko Widodo, bertemu dengan korps diplomatik, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat, kemudian bertemu para anggota Ordo Serikat Yesus, hingga misa akbar di Gelora Bung Karno yang akan dihadiri 90.000 umat Katolik se Indonesia.

Kardinal Ignasius Suharyo menggambarkan umat Katolik bergembira karena seperti anak dikunjungi ayahnya untuk melukiskan betapa pentingnya kunjungan ini dalam konteks iman. Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Ini seperti kunjungan gembala pada dombanya atau Paus kepada umatnya. Kehadirannya di tengah umatnya tentu yang pertama-tama untuk menyapa, memberikan kebahagiaan, meneguhkan iman, memperkuat semangat merasul dan melayani.

Selain itu Paus adalah Kepala Negara Tahta Suci, maka sebagai kepala negara tujuannya mengokohkan hubungan diplomatik kedua negara. Karena itu kunjungannya ini kental dengan semangat toleransi, persatuan, dan perdamaian bagi dunia. Kunjungan apostolik ini menjadi promosi semangat perdamaian dunia.

Kunjungan ini sangat historis mengingat sejarah hubungan kedua negara yang sangat panjang. Indonesia dan Tahta Suci sudah menjalin hubungan sejak 1947. Tahta Suci mendukung kemerdekaan, kedaulatan, dan keutuhan NKRI, serta menjadi salah satu negara Eropa pertama yang memiliki hubungan dengan Indonesia.

Hubungan sudah dijalin sejak zaman revolusi. Ketika itu Paus Pius XII memberikan dukungan dan doa untuk perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan, juga atas usaha diplomasi antara lain oleh Presiden Sukarno dan Uskup Agung Semarang Mgr Albertus Soegijapranata, SJ. Hubungan itu terus dipelihara hingga kini dan semakin berkembang.

Paus Fransiskus mengambil nama dari Santo Franciscus Asisi, Italia (1181 - 1282). Santo Fransiskus Asisi dikenal sebagai sosok yang sangat peduli kepada rakyat miskin. Pada saat dilantik sebagai Paus harapan besar mengalir di pundak Fransiskus untuk melanjutkan perjuangan mendiang pendahulunya Johanes Paulus II menggalang dialog perdamaian. Paus Fransiskus diharapkan melanjutkan upaya memelihara perdamaian dunia, terutama relasi Islam-Kristen.

Jorge Mario Bergoglio, SJ lahir pada 17 Desember 1936. Jorge menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aries sejak 1988 dan diangkat menjadi Kardinal Argentina pada 2001 dan sidang konklaf 2013 memilihnya menjadi Paus ke-266. Nama Francis yang disandangnya merupakan sikap hormatnya kepada Santo Fransiskus Asisi. Santo Fransiskus Asisi dikenal sebagai sosok yang peduli pada rakyat dan penderitaan.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyambut dengan positif terpilihnya Paus dan berharap agar terus menjalin persaudaraan terutama relasi Islam-Kristen. Paus Fransiskus dikenal sebagai orang yang sederhana, penuh kasih dalam melayani kaum papa miskin di Amerika Latin.

Di internal Gereja Katolik, Paus Fransiskus diharapkan memberikan penyegaran kualitas hidup beriman. Kemerosotan hidup beriman di seluruh dunia sudah tentu menjadi gejala yang serius. Skandal seks sesama jenis, pernikahan sesama jenis, pedofilia, skandal para klerus, hingga korupsi yang melanda gereja menjadi pekerjaan yang haru dituntaskan. Lunturnya kualitas hidup beriman ditandai dengan berkurangnya jumlah umat, merosotnya panggilan imam dan biarawan/wati.

Dari sisi ini kunjungan apostolik ke Indonesia bukan hanya bermakna meneguhkan pemeluk Katolik di Tanah Air. Lebih dari itu menjadi simbol perdamaian bagi semua orang, mewujudkan kekuatan dialog antaragama, toleransi, dan sektarianisme. Pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, kunjungan ke Masjid Istiqlal, dan pertemuan dengan tokoh lintas agama mengundang sinyal pesan perdamaian itu.

Paus Fransiskus adalah sosok yang peduli. Melalui Dokumen Abu Dhabi yang ditandatangani pada 4 Februari 2019 Paus Fransiskus dan Imam Besar al Ashar, Mesir Ahmad al-Tayyib di Abu Dhabi, kedua pemimpin itu mengajak seluruh umat beragama untuk membangun dan memelihara persaudaraan dan perdamaian. Begitu juga lewat ensiklik 'Fratelli Tutti' yang artinya kita semua adalah saudara Paus mengingatkan kita semua bersaudara.

Ensiklik ini bertujuan mendorong keinginan akan persaudaraan dan persahabatan sosial yang dilatarbelakangi pandemi Covid-19. Kedaruratan kesehatan global telah membantu menunjukkan bahwa tak seorang pun bisa menghadapi hidup sendirian dan bahwa waktunya sungguh-sungguh telah tiba akan mimpi satu keluarga umat manusia dimana kita adalah saudara dan saudari semua.

Lewat ensiklik 'Laudato Si' (Terpujilah Engkau), Paus mengingatkan bahwa bumi ini adalah rumah bersama yang harus dirawat dan dijaga. Ini adalah seruan profetik yang dilandaskan pada ajaran iman Katolik. Dalam hal perdamaian Paus menyerukan dihentikannya peperangan. Sebab, kata Paus perang adalah kejahatan kemanusiaan. Perang juga bukan jalan untuk menyelesaikan persoalan.

Paus Fransiskus memberikan harapan bahwa upaya-upaya yang digalang banyak kalangan kelak akan membuahkan hasil. Paus tetap menjaga konservatifnya untuk menjadi gerbang moral dan pemandu iman bagi umatnya di seluruh dunia.

Sumber : detik.com
Editor : Ismanto


Posting Komentar