-->

Ads (728x90)

Mantan Walikota Tanjungpinang Kritik Pemko Tanjungpinang Terkait Wacana Pasar Hobi
Anggota DPRD Kepri Lis Darmansyah (Batamnews.co.id)

By Angga Prasetio

TANJUNGPINANG, Peristiwanusantara.com -Tokoh masyarakat Tanjungpinang Lis Darmansyah angkat bicara terkait wacana Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang yang ingin menjadikan pasar Relokasi Puan Ramah jadi pasar hobi dan komunitas.

Lis Darmansyah yang merupakan mantan Walikota Tanjungpinang periode 2013-2018 itu blak-blakan mengkritik wacana Pemko karena dinilai tidak menggunakan kajian.

Dirinya berpendapat, struktur bangunan pasar relokasi itu tidak cocok untuk dijadikan pasar hobi karena akan membuat hewan hobi atau peliharaan di dalamnya  mati kepanasan.

"Secara strukturnya saja sudah tidak mungkin. Kita gantung burung disitu pasti dia akan mati karena kepanasan, orang jarak antara atap dan lantainya begitu rendah," ucap Lis, di Tanjungpinang belum lama ini.

Disamping itu Lis juga tidak sependapat dengan penyebutan pasar hobi. Menurutnya jika memang ingin dijadikan wadah pedagang hobi atau komunitas, dirinya menyarankan untuk menamakannya dengan sebutan sentra.

Sentra sendiri jika diartikan adalah suatu kawasan dengan ciri-ciri tertentu tempat berlangsungnya kegiatan produksi dan merupakan tempat terjadinya kegiatan ekonomi yang telah diberi sarana.

"Ada pula istilahnya pasar hobi. Kalau memang mau dijadikan tempat untuk hobi seperti tempat jual atau pertandingan burung, namanya sentra," ucap Lis.

Menurut Lis, secara tidak langsung wacana Pemko ingin menjadikan pasar relokasi itu pasar hobi merupakan bentuk klarifikasi atas pertanyaan publik selama ini.

Dimana publik bertanya tentang output mau dijadikan apa Pasar relokasi Puan Ramah itu ke depannya, setelah Pasar Baru yang kini berubah nama menjadi Pasar Encik Puan Perak telah selesai dibangun ulang.

"Kalau menurut saya mereka itu terlihat tidak mau mengklarifikasi tetapi mengklarifikasi," ucap Lis 

Sejak awal Lis menilai pembangunan pasar relokasi Puan Ramah itu kurang kajian, hal itu dikatakannya berdasarkan letak pasar yang berada ditengah-tengah perkantoran dan pergudangan, hingga tidak adanya saluran pembuangan limbah.

"Jadi dalam merencanakan pembangunan ada beberapa tahapan. Jangan melihat pembangunan itu outcomenya saja tapi Impacknya juga. Digunakan atau tidak serta bermanfaat atau tidak," jelasnya.

"Kalau kita menilik ke belakang, saat itu kita tidak darurat ekonomi, kenapa saat itu pedagang tidak dialihkan saja dulu ke Pasar Bincen, setelah selesai pembangunan pasar baru, para pedagang dialihkan lagi kesana. Atau saat itu bisa juga meminjam lapangan di Tengku Umar untuk sementara waktu agar uang tidak sia-sia," timpal Lis.

"Solusi itu ada, asal mau mendengar. Ini sudahlah tidak mau mendengar, lantas memaksakan diri pula. Terakhirkan jadi susah. Kalau bicara standar, pasar batu 7  itu tidak mungkin standar," tutup Lis. (Angga)

Editor : Ismanto



Posting Komentar