Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto menyerahkan sertifikat tanah kepada Bupati Karimun Aunur Rafiq di Hotel Aston Kabupaten Karimun, Rabu (30/8) (Robert/Peristiwanusantara.com) |
By Robert
KARIMUN, Peristiwanusantara.com – Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Summit menjadi momentum bagi semua pihak baik dari kementerian, lembaga serta pemerintah daerah untuk bersatu padu dalam menyelesaikan berbagai persoalan lahan, guna memberikan kepastian hukum atas tanah kepada mesyarakat.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Ekon) Airlangga Hartanto saat membuka pelaksanaan GTRA Summit 2023 secara daring, Rabu (30/8).
Selanjutnya, Airlangga yang juga Ketua Tim Reforma Agraria Nasional mengatakan GTRA Summit harus bisa mengintegrasikan, memadukan seluruh kementerian, lembaga dan juga pemerintah daerah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menyangkut pertanahan.
Kegiatan GTRA Summit 2023 ini dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 28-30 Agustus 2023 di Hotel Aston Kabupaten Karimun Provinsi Kepri.
Pelaksanaan GTRA Summit 2023 ini dihadiri secara langsung oleh Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto dan Wamen Raja Juli Antoni, Gubernur Kepri Ansar Ahmad dan juga Gubernur Riau Syamsuar, Bupati Karimun Aunur Rafik dan hadirin undangan lainnya.
Kegiatan GTRA Summit 2023 ini mengusung tema "Transformasi Reforma Agraria, Mewujudkan Kepastian Hukum, Keberlanjutan Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat".
Dikesempatan itu, Menteri Hadi Tjahjanto mengatakan GTRA Summit adalah wadah mengimplementasikan amanat Keputusan Presiden No. 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.
“ Hal itu menjadi wadah bagi kementrian lembaga dan seluruh lintas sektoral, untuk bahu membahu merumuskan satu kebijakan, menyelesaikan persoalan agraria di seluruh Wilayah Indonesia,” katanya.
Ia menyebut pada pelaksanaan reforma agraria di Wakatobi 2022 lalu, Presiden RI Joko Widodo dengan tegas mengatakan, tidak akan menolerir terjadinya kerugian negara, masyarakat, yang disebabkan oleh ego sektoral dan ego lembaga, dan bisa menghambat pelaksanaan Reforma Agraria.
Lanjutnya, Indonesia masih menghadapi adanya irisan persoalan terkait lahan bermasalah. Dalam hal ini, antara lahan warga masyarakat dengan lahan yang menjadi aset milik negara. Ia berharap kasus yang terjadi, seperti di Purworejo, Blora hingga penguasaan aset milik KAI, TNI, Pelindo tidak boleh terus terjadi.
"Begitupun dengan persoalan irisan persoalan lahan warga dengan lahan kawasan hutan. Saat ini yang sudah kita redistribusi baru 1,6 juta atau 37 persen dari 4,1 juta hektar yang harus diselesaikan," jelas Hadi Tjahjanto.
Indonesia juga masih dihadapkan dengan persoalan masyarakat yang bermukim diatas air dan wilayah pesisir yang teleh berlangsung turun temurun. Dimana negara harus hadir memberikan kepastian, dengan bisa memberikan sertifikat hak atas tanah bagi mereka.
"Juga ada 22 desa berada di kawasan dan pinggiran hutan yang harus bisa dikonkretkan. Dan ini tugas lintas sektoral guna menyelesaikan semua permasalahan ini, " tutup Hadi Tjahjanto.
Di tempat yang sama, Gubernur Kepri Ansar Ahmad kepada wartawan mengatakan pihaknya sangat mendukung pelaksanaan GTRA Summit dengan kesediaan Provinsi Kepri menjadi tuan rumah pelaksanaan reforma agraria. Karena Pemprov Kepri memang ingin sekali menyelesaikan berbagai persoalan pertanahan di Kepri.
"Kita berkomitmen untuk menjaga wilayah perbatasan. Dengan menyelesaikan berbagai persoalan tanah, masyarakat, dengan harapan, bila masyarakat memiliki status tanah yang legal secara hukum, akan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat itu sendiri," ucapnya. (Bert)
Editor : Ismanto
Posting Komentar