INTERNASIONAL, peristiwanusantara.com China melaporkan beban kasus Covid harian tertinggi dalam enam bulan pada Senin (7/11/2022), meskipun ada penguncian ketat yang sangat mengganggu sektor manufaktur, pendidikan, dan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Beijing selama akhir pekan menangkis harapan bahwa kebijakan ketat nol-Covid China mungkin dilonggarkan dalam waktu dekat.
Aturan itu selama ini telah mengharuskan warga “Negeri Tirai Bambu” untuk menjalani penguncian tempat, karantina, dan pengujian massal digunakan untuk meredam wabah.
Tetapi maraknya skandal terkait penguncian mengikis kepercayaan publik, dengan penduduk mengeluhkan kondisi yang tidak memadai, kekurangan makanan, dan perawatan medis darurat yang tertunda telah.
Negara itu mencatat lebih dari 5.600 kasus Covid baru pada Senin (7/11/2022) - hampir setengahnya di provinsi Guangdong, pusat manufaktur di selatan negara itu, yang merupakan rumah bagi pelabuhan-pelabuhan utama.
Untuk diketahui, India, yang telah banyak melonggarkan aturan pembatasan Covid dan sempat menjadi pusat wabah saat varian omicron pertama terdeteksi, melaporkan 1.132 infeksi baru pada Minggu (6/11/2022) dilansir dari Times of India.
Di China tengah, penguncian yang melelahkan di pabrik iPhone terbesar di dunia di Zhengzhou membuat Apple pada Minggu (6/11/2022) memperingatkan bahwa produksi telah "terdampak sementara" dan pelanggan akan mengalami penundaan dalam menerima pesanan mereka.
"Pabrik saat ini beroperasi dengan kapasitas yang berkurang secara signifikan," kata raksasa teknologi yang berbasis di California itu dalam sebuah pernyataan Minggu (6/11/2022) malam.
Karena aturan lockdown China yang terus berlanjut, raksasa teknologi Taiwan Foxconn, subkontraktor utama Apple yang menjalankan pabrik itu, menurunkan perkiraan pendapatan kuartalannya dalam revisi yang diumumkan pada Senin (7/11/2022).
Komisi Kesehatan Nasional China berjanji pada Sabtu (5/11/2022) untuk "dengan teguh" berpegang pada strategi nol-Covid.
Pernyataan tersebut menghancurkan penguatan pasar saham utama pekan lalu yang terpicu oleh desas-desus yang tidak berdasar bahwa Beijing akan segera melonggarkan kebijakan virusnya yang ketat.
Jatuhnya korban jiwa tak terkait infeksi
Tetapi sejumlah insiden yang sangat sensitif telah mengurangi dukungan publik China untuk pendekatan tersebut.
Kabar soal kematian karena bunuh diri dari seorang wanita berusia 55 tahun di kota yang terkunci Hohhot, Mongolia Dalam, memperluas kecaman publikselama akhir pekan.
Pihak berwenang mengakui bahwa protokol penguncian menunda tanggapan darurat mereka.
Wilayah tersebut telah berada dalam cengkeraman wabah besar sejak akhir September, ketika varian Omicron baru pertama kali terdeteksi.
Sesaat sebelum wanita itu melompat dari jendela, kerabatnya telah melaporkan kepada pekerja komunitas bahwa dia menderita gangguan kecemasan dan telah menunjukkan niat bunuh diri.
Audio yang beredar dan menjadi viral di media sosial China mengungkap permohonan putri wanita itu kepad pekerja sosial setempat untuk membuka segel pintunya yang telah dilas.
Insiden tersebut telah menarik perhatian pada krisis kesehatan mental yang diperburuk oleh penguncian selama berminggu-minggu.
"Siapa yang berhak mengelas gerbang gedung? Siapa yang berhak membatasi kebebasan orang lain untuk hidup? Bagaimana jika ada gempa bumi atau kebakaran, siapa yang bertanggung jawab setelahnya?" tulis satu komentar di platform Weibo yang mirip Twitter sebagaimana dilansir AFP.
Pejabat setempat telah bersumpah untuk menghukum pekerja sosial yang secara paksa menutup pintu dan memasang gerbang berkunci di rumah penduduk, meskipun praktik itu tersebar luas di daerah yang berada di bawah lockdown China.
Insiden itu terjadi beberapa hari setelah seorang balita di kota Lanzhou meninggal karena keracunan karbon monoksida, setelah respons yang lambat dari layanan medis darurat dalam kota yang menerapkan lockdown menunda perawatan di rumah sakit.
Dalam sebuah unggahan media sosial viral yang kemudian dihapus, ayah bocah itu menyalahkan kontrol penguncian dan pekerja komunitas karena menghalangi akses mereka ke rumah sakit, sementara otoritas distrik kemudian hanya meminta maaf atas insiden tersebut. (kompas.com)
Posting Komentar