-->

Ads (728x90)

Ratusan Pengungsi Gelar Aksi Damai, Minta Pemerintah Indonesia Menyampaikan Agar UNHCR Memberikan Suaka
Ratusan Pengungsi Gelar Aksi Damai Untuk Mendapat Suaka (Fhoto : Halomoan)

TANJUNG PINANG, Peristiwanusantara.com – Walau diguyur hujan dan tidak mendapat izin dari Polres Tanjungpinang, ratusan pengungsi pencari Suaka yang didominasi asal Afghanistan menggelar aksi damai di Lapangan Pamedan, Kota Tanjungpinang, Kepri  pada Senin (27/9/2021).

Aksi damai ini mereka gelar agar United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) memberikan Suaka dan mengirim mereka ke negara ketiga. Adapun negara tujuan para pengungsi ini, Australia, Kanada, New Zealand, dan Amerika Serikat.

Dalam melakukan aksi ini, mereka membawa anak istri mereka dan spanduk, salah satu tulisan dari spanduk mereka berisikan, meminta kepada media-media lokal di Indonesia untuk mengangkat suara pengungsi-pengungsi (Hazara) yang terlupakan dan memberitakannya kepada dunia.

Kapolres Tanjungpinang AKBP Fernando saat ditemui sejumlah awak media mengaku sebenarnya dari pihak kepolisian tidak memberikan izin untuk melakukan aksi tetapi mereka tetap memaksa melakukan aksi damai.

” Kami tidak memberikan izin kepada mereka untuk melakukan aksi damai ini, kami juga sudah berkoordinasi dengan Satpol PP, dan Imigrasi. Tetapi mereka dengan jumlah ratusan tetap memaksa keluar dengan berjalan kaki.  Pihak Kepolisian hanya mengamankan aksi ini jangan sampai mereka tidak taat Prokes karena warga kita sendiri dilarang untuk melakukan aksi damai. Aksi dari mereka ini hanya diam saja menunjukkan pada dunia bahwa berharap Negera ketiga ada yang menampung, ” jelas Kapolres Tanjungpinang.

Sementara, Yahya Zamilih selaku Koordinator Lapangan mengatakan aksi damai ini mereka lakukan  untuk meminta kejelasan status mereka di Indonesia.

“ Kami pencari Suaka dari Afganistan yang berada di Indonesia, Tujuan kami melakukan  aksi damai ini meminta dari Pemerintah Indonesia agar memberikan kami kejelasan Status, kami sudah menunggu selama satu Dekade (10 Tahun) untuk proses pemindahan status warga Negara,”kata Yahya.

Ia menyebutkan sudah banyak para pengungsi khususnya warga Afghanistan yang bunuh diri lantaran depresi dan stres, menanti masa depan yang tidak pasti.

Ia menyebut pengungsi Afghanistan sudah beberapa kali melakukan mediasi, tetapi selalu dapat kata–kata yang sama, yaitu menunggu.

Sementara pengungsi lainnya, Asif Rahini  yang belum fasih berbahasa Indonesia dengan berbahasa Inggris kepada awak media mengatakan bahwa Negaranya yakni Afghanistan telah diduduki dan dikendalikan oleh pasukan Taliban. Membuat mereka menjadi bingung ke mana harus pergi.

“ Afghanistan benar-benar tidak aman bagi kita dan anak-anak kita, Kita di sini menunggu kejelasan tentang status sekitar 8 sampai 9 tahun kurang lebih, kita meminta kejelasan dari pemerintah Indonesia tentang status kita (Red), “  katanya.

 (Moan)

Posting Komentar