Pengungsi Membawa Anak-Anaknya Mendatangi Kantor DPRD Kota Batam (Foto: Posman) |
BATAM, Peristiwanusantara.com – Puluhan pengungsi yang berasal dari Afghanistan, Sudan dan Somalia mendatangi kantor DPRD Kota Batam untuk meminta bantuan agar Pemerintah Kota Batam menyampaikan kepada United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) supaya mereka mendapat suaka dan dikirim ke negara ketiga, Rabu (22/9/2021) pagi.
Para pengungsi menduduki Halaman Gedung DPRD Kota Batam dengan membawa spanduk dan berbagai tulisan, seperti : 14 Refugees Commited Suicide (14 pengungsi bunuh diri), Help Hazara Refugees (Bantu Pengungsi Hazara) dan berbagai tulisan lainnya.
Para pengungsi ini juga membawa anak-anak mereka dan mereka seluruhnya menerapkan protocol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak.
Seseorang pengungsi asal Afghanistan bernama Ali Akbar (24) mengatakan dirinya bersama seluruh pengungsi memohon kepada DPRD Batam untuk membantu agar proses kepindahan mereka ke negara tujuan bisa dapat dipercepat.
Adapun negara tujuan para pengungsi ini, Australia, Kanada, New Zealand, dan Amerika Serikat.
“ Saya sudah mengungsi sejak tahun 2013 lalu ketika masih berumur 16 tahun. Awalnya saya di Jakarta kemudian dipindahkan ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang kemudian dipindahkan lagi ke Rudenim Sekupang,” katanya.
Ia menyebutkan sudah 8 tahun di Indonesia dan mengharapkan UNHCR memberikan suaka agar memiliki status warga Negara.
Ali Akbar mengakui selama di Rudenim Sekupang mereka tidak bisa bekerja dan hanya mengandalkan uang saku dari International Organization for Migration (IOM), untuk orang dewasa sebesar Rp 1,2 juta,- per bulan dan untuk anak-anak sebesar Rp 500 ribu,- perbulan.
Hal senada disampaikan oleh Huseini yang juga pengungsi warga negara Afganistan yang sudah fasih berbahasa Indonesia mengatakan pihaknya sudah sering minta tolong ke DPRD Kota Batam untuk dibantu namun tidak ada jawaban yang jelas kapan dirinya mendapat suaka.
Ia mengaku bingung dan sudah jenuh berada di penampungan, apalagi sejak Taliban menguasai Negara mereka susah berkomunikasi untuk keluarga dan kerabatnya di Afghanistan.
Didalam penampungan itu,katanya, ada yang suami istri bahkan ada yang punya anak dan melahirkan di Kota Batam ini. Namun tidak ada hak resmi dari lndonesia dan identitas dari anak mereka.
Para pengungsi ini ada yang tinggal di hotel Kolekta Nagoya dan ada yang tinggal di Rudenim Sekupang, Batam. Mereka terpaksa kembali ke penampungan dan tidak bisa bertemu dengan anggota DPRD Kota Batam lantaran mereka harus memperbaiki surat yang mereka tujukan ke DPRD Kota Batam. (Man)
Posting Komentar