JAKARTA, Peristiwanusantara.com – Pemerintah Iran menyiapkan Kamp untuk menampung sejumlah penduduk Afghanistan yang mengungsi untuk menghindari pertempuran antara tentara pemerintah dan gerilyawan Taliban.
"Sejumlah kamp sudah dibangun kawasan perbatasan di tiga provinsi," kata pejabat Kementerian Dalam Negeri Iran, Hossein Qasemi, seperti dilansir kantor berita IRNA dan dikutip Reuters, kemudian dilansir cnnindonesia.com, Minggu (15/8).
Warga Afghanistan menjadikan negara Iran sebagai tempat mengungsi untuk menghindari peperangan selama bertahun-tahun.
Akan tetapi, Iran juga sedang dalam kesulitan karena terhimpit krisis ekonomi dan kesehatan akibat sanksi Amerika Serikat serta pandemi Covid-19.
"Kami berharap para pengungsi Afghanistan kembali ke negara mereka setelah situasi perlahan membaik," kata Qasemi.
Ia menyebutkan saat ini ada sekitar lebih dari dua juta pengungsi asal Afghanistan di Iran.
Arus penduduk Afghanistan yang mengungsi ke luar negeri terus mengalir setelah gerilyawan Taliban mengepung Ibu Kota Kabul. Puluhan ribu warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk pasukan koalisi Amerika Serikat dan NATO juga meminta suaka karena merasa diri mereka terancam jika tetap berada di negara itu dan Taliban berkuasa kembali.
Penduduk yang dari kalangan berada memilih kabur dari Afghanistan menggunakan pesawat. Bahkan mereka rela meninggalkan kendaraan mereka di pinggir jalan beserta kuncinya demi menghindari gerilyawan Taliban.
Pemerintah Afghanistan pun tumbang setelah Taliban merebut sejumlah provinsi dan kota-kota besar. Gerilyawan Taliban menaklukkan militer Afghanistan yang mempunyai persenjataan lebih lengkap dalam waktu singkat, bahkan di luar perkiraan para pakar.
Menurut sumber di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, saat ini Presiden Ashraf Ghani kabur ke Tajikistan menghindari ditangkap oleh Taliban.
Biro Politik Taliban dan utusan pemerintah Afghanistan saat ini tengah berunding di Qatar terkait dengan proses pengalihan kekuasaan.
Menurut sejumlah diplomat, pemerintahan interim Afghanistan bakal dipimpin oleh Ali Ahmad Jalali. Dia merupakan mantan menteri dalam negeri Afghanistan dan ilmuwan yang juga berkewarganegaraan AS.
Akan tetapi sampai saat ini dilaporkan belum ada persetujuan dari Taliban mengenai hal itu. (cnnindonesia.com)
Posting Komentar